Jumat, 07 Agustus 2020

Kisah Nyata: Perempuan Dan Kolor Robek

PEREMPUAN DAN KOLOR ROBEK
AKU NENEK DARI BAYI MUNGIL ITU.

#Kisahnyata
#PartPenjelasan.

Tentunya aku punya keluarga, tapi dikota itu aku memang sebatang kara. Keluarga ayahku memang ada didaerah itu, tak berapa jauh dari tempat kami tinggal, tapi ada ataupun tak ada mereka itu sama saja, karena sejak dulu ayahku memang sudah menelantarkan aku dan adik perempuanku.

Sedang ibuku yang sudah merawatku selama belasan tahun dalam sendiri, berada jauh dikota lain, dan hidup alakadar hanya dengan mencari nafkah sebagai penjual kue keliling.

Satu setengah tahun yang lalu, aku mengenal lelaki itu, cinta buta yang memang membutakan hingga membuatku terpuruk dalam keadaan yang tak mampu kusesalkan saat ini.

Bak kata pepatah "Nasi sudah menjadi bubur", tentu saja jika kutau sifat aslinya begini mana mungkin aku mau menikah dengannya. Dari masa kenalan yang dia perlihatkan hanyalah kelemah lembutan, karena itulah aku terbujuk rayuannya hingga mau meninggalkan pekerjaanku, dan memilih hidup bersamanya dengan harapan "semoga dengan kesabaran dan tanpaku menuntut apapun, semoga dia tulus menyayangi dan menanggung jawabiku dan anak keturunanku kelak."

Sebelum menikah saat itu aku sudah bekerja, dengan gaji yang cukup buat ukuran gadis belia sepertiku, yang akhirnya ku tinggalkan hanya untuk hidup bersamanya.

"Aku terlalu bodoh dan percaya bahwasanya dialah laki-laki yang akan melindungiku, menyayangiku dan menafkahiku."

Namun ternyata salah, semua berubah sejak mertuaku memasuki hubungan rumah tangga kami.

Kami menikah sirih awalnya tanpa diketahui siapapun termasuk orangtuaku, karena masih sama-sama dibawah umur. Aku dan dia sama-sama masih di angka 18 tahunan. Semua berjalan baik-baik saja saat itu, bahkan dia memang sangat menyayangiku.

Aku memang tak pernah menuntut apapun, bahkan kolor robek adalah sehelai kain yang menjadi saksi perjalanan rumah tanggaku yang seumur jagung. Demi memahami ekonomi suami, kolor robekpun tak ku permasalahkan, tak menuntut untuk harus baru, yang penting rumah tangga kami damai sejahtera, dengan harapan kelak buah kesabaran akan memetik hasil yang manis.

"Untukmu suamiku, masih kau hina kemiskinanku, padahal kolor robek menjadi saksi betapa miskin dirimu menanggung jawabiku." masih mampukah kau mengumpat aku yang berasal dari keluarga tak mampu???.

Bagiku yang hidup belasan tahun tanpa sosok seorang ayah, menemukan pasangan hidup yang penuh kasih sayang dan bertanggung jawab sudah cukup membuatku bahagia. Meski jauh dari kemewahan, aku hanya percaya rejeki bisa menyusul belakangan, asal suamiku mau giat berusaha.

Kamipun tinggal disebuah kos-kosan yang bertarif 500 ribu perbulan, hingga masa aku mulai hamil dan kehamilanku memasuki usia 3 bulan.

Orangtua suamiku ternyata mendengar kabar itu "Bahwasanya anak laki-lakinya sudah punya istri dan sedang hamil muda".

Akhirnya karena ketahuan, kamipun menikah secara Sah di KUA, dihadiri oleh ibuku juga. Sempat terjadi perselisihan saat itu dengan pihak keluarga ayahku, baca di kisah "Sumpahku Untukmu Mantan Suami. "

Ibuku lah yang mendamaikan segalanya dengan kelapangan hati dan kebijakan mengenai mahar dan lainnya, dengan harapan "Asal putrinya bahagia". Bagi ibuku, kebahagiaanku lebih utama, meski harus melapangkan hatinya.

Oh ya Aku anak dari orang tua yang berpisah, ibuku yang membesarkan aku dan adik perempuanku selama 15 tahun ini sendiri, tanpa bantuan sepeserpun dari ayahku.

Saat mendengar kabar kehamilanku dan kabar pernikahan kami yang akan di Sahkan, ayahku yang sudah menyia-nyiakanku selama 15 tahun ini malah maju paling depan.

Awalnya aku hanya mendatanginya untuk memohon restu untuk menjadi wali pernikahanku, namun yangnku dapat malah perdebatan, ayahku malah menekan harga dan berusaha menuntut mahar yang tinggi.

Hingga sempat memicu kericuhan tentang masalah Mahar dan uang Adat antara dua pihak keluarga, keluarga ayahku dan keluarga suamiku. Semua masalah baru bisa damai saat kemunculan ibuku yang datang dari kampung.

Akhirnya pernikahan kami di Sahkan diKUA diusia kehamilanku yang memasuki 5 bulan, pernikahanku pun di walikan pada hakim, karena ibuku melakukan perlawanan pada laki-laki dengan status ayah yang telah menelantarkanku selama ini. Demi mencari jalan aman dan damai.

Ibuku mengikhlaskan pernikahanku putri tertuanya berlangsung apa adanya, tanpa kemewahan ataupun kemeriahan, dan dengan mas kawin alakadarnya, karena melihat keadaanku yang sudah terlanjur menikah siri tanpa sepengetahuannya.

Hingga pernikahan SAH dilakukan, suamiku masih bersikap baik, bahkan sangat santun pada ibuku, namun semua berubah perlahan-lahan. Suamiku mulai termakan hasutan ibunya yaitu mertuaku, yang katanya tidak menyukai hubungan kami dengan alasan kami orang miskin.

Sebelum bayiku lahir sifatnya masih terkendali, hingga hari kontraksi melahirkanku tiba. Dia mulai memperlihatkan sifat tempramen dan mencaci maki seenaknya, otak dan fikirannya benar-benar dibawah kendali orangtuanya. Hasutan demi hasutan mertuaku benar-benar menghancurkan rumah tangga kami dalam sekejap waktu, dalam hitungan detik tepat diusua bayiku berumur Lima hari, bahkan belum lepas pusar. Dia tega menelantarkanku tanpa uang sepeserpun.

🚵🚵

Note : Kisah ini berkaitan dengan kisah "SUMPAHKU UNTUKMU MANTAN SUAMI" dialami oleh putriku sendiri.

POV AKU :

Sekarang putriku dan cucuku sudah kubawa pulang ke kampung untuk tinggal bersamaku, alhamdulillah kemaren tepat jam 7 pagi kami sudah sampai dipariaman dan meninggalkan daerah sarolangun, dengan sedikit biaya transportasi pertolongan dari beberapa orang sekitar , popok gurita bedung dan pakaian bayi alhamdulillah sudah tercukupi atas bantuan orang-orang yang ku kenal didaerah setempat, semua pertolongan ALLAH semata. Meski sempat berhari-hari kami terkatung-katung dikota itu tanpa uang sepeserpun.

Dua minggu lebih, aku berusaha menjual Gadget yang ku miliki disana, namun tak juga laku. Dalam keadaan terdesak segala hal memang jadi makin sulit jika harus diburu-buru.

Alhamdulillah ALLAH tak lengah sedikitpun dalam kesusahan kami. Part berikut akan lebih diperjelas. Diurai dari awal proses melahirkan. 🙏🙏🙏 ternyata nasib baik belum berpihak padaku, sipenjual tahu mercon keliling.

Sekarang selain Dua putri alhamdulillah Allah menambah amanah satu cucu laki-laki lagi untuk aku tanggung jawabi. Membawa putriku pulang yang masih dalam keadaan lemah bahkan pucat pasi, dan seorang bayi mungil tak berdosa atas izin ALLAH semata.

Semoga Kumampu 👐👐
#SEMOGA ALLAH MAMPUKAN KU BISMILLAH.
Kini aku gagal menjadi seorang ibu. Aku menerima kekalahanku, bahkan takdirku. Semoga Allah kuatkanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar