Jumat, 07 Agustus 2020

Aku Dilamar Memakai Uangku

aku_dilamar_memakai_uangku

Setelah 6 bulan pacaran akhirnya aku dilamar oleh pacarku. Semua persiapan aku lah yang mengurus. Karena kesibukan pacarku yang bekerja di luar pulau maka aku harus menyiapkan segalanya sendiri. Mulai dari seserahan sampai jajanan atau kue-kue yang akan dibawa lamaran nantinya aku yang harus menyiapkan.

"Dek, kamu siapkan semuanya ya, pakai uangmu dulu, besok kalau aku pulang bakal aku ganti." kata calon suamiku yang masih ada di luar pulau.

"Iya mas, aku sudah nyicil beberapa. Besok kalau kamu pulang semua beres."

"Iya, seminggu lagi aku pulang, minggu depan aku bawa Ibuku buat ngelamar kamu yah."

Setelah selesai berbincang di telepon aku merasa lega, seminggu lagi aku akan segera dilamar. Di acara lamaran itu akan ada perbincangan soal kapan hari pernikahannya. Tapi sebelumnya aku dan calonku sudah menyepakati pernikahan kami yang akan dilangsungkan empat bulan setelah lamaran. Tepatnya bulan Desember.

Persiapan lamaran sudah sembilan puluh persen. Tinggal membeli kue-kue untuk seserahan sehari sebelum acara dilakukan.

Aku pun membeli seserahan yang murah saja. Contohnya sepatu harga dua puluh lima ribu. Tas lima puluh ribu. Make up isi lima biji seharga lima puluh lima ribu. Total semuanya dengan kue-kuenya tidak sampai lima ratus ribu. Aku berpikir yang penting sah nantinya. Seserahan yang mahal-mahal juga untuk apa.

Begitupun mas kawin aku meminta mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai seratus ribu rupiah agar tidak memberatkan calon suamiku. Dijaman tahun dua ribu tujuh belas tentu itu sangat ringan.

Calon Ibu mertuaku tidak mau tau, yang penting beres. Aku juga tidak mau membeli yang mahal-mahal karena keluarga calon suamiku itu terkenal dengan perhitungannya. Aku takut jika membeli sesukaku dan mahal akan menjadi masalah nantinya.

💦💦💦
Seminggu berlalu, calon suamiku pulang dari pekerjaannya. Dia merasa tenang dan sedikit gembira karena semuanya sudah aku siapkan dan habisnya tidak begitu banyak.

"Dek, ayo beli cincin ya sekalian, oh ya, uang yang pernah aku berikan kepadamu untuk investasi kemarin tidak jadi aku berikan kepadamu, kita pakai untuk beli cincin dulu." katanya enteng.

"Loh mas, bukannya uangnya itu sudah habis untuk modal usaha toko plastik kita. Kamu hanya memberiku lima juta. Dan habisnya toko itu lima belas juta. Sisanya pakai uangku."

"Loh iya kah? Bukannya aku dua kali mentransfermu uang kemarin untuk investasi reksadana yang pertama dan yang kedua untuk toko plastik?"

"Belum mas, uang yang kedua belum kau transfer kepadaku. Kita bisa ke bank mengecek mutasi rekeningku kalau kamu mau." kataku cemberut.

"Kamu itu selalu saja mengacaukan segalanya. Aku sudah memberikanmu uang tapi kamu bilang tidak. Pokoknya aku mau ambil uang lima jutaku untuk investasi itu."

"Aku mau membeli cincin untuk pernikahan kita nanti. Yang murah saja palingan juga dua harga tiga jutaan."

"Sisanya kamu pakai untuk beli seperangkat alat sholat yang nanti jadi mas kawin dan ganti uang seserahan yang kemarin kamu beli pakai uangmu. Aku kan sudah janji menggantinya!" bentaknya kasar.

Aku pun pergi ke bank untuk mencetak rekening koran dan memberikan bukti kepadanya bahwa tidak ada transferan darinya hanya sekali saja lima juta untuk toko plastik kami.

Akhirnya kami bertengkar hebat saat kembali dari bank. Mobilku pun yang dikendarai olehnya sampai menyerempet angkot yang kebetulan sedang parkir dipinggir jalan. Untung tidak begitu parah dan sopir angkotnya memaafkan. Kami tidak harus mengganti rugi. Hampir saja batinku..

Dia memukul kemudi dan tidak berhenti membentakku. Aku dituduhnya menghilangkan uang yang telah diberikannya. Umpatan dan kata-kata kasar pun selalu keluar dari mulutnya.

Sampai dirumah aku menangis dan menceritakan semua ke Ibuku dan beliau bilang bahwa itulah cobaan sebelum menikah. Aku harus kuat. Itu masalah hanya kecil. "Kamu pasti bisa melewatinya nak." kata Ibuku lagi.

Baiklah untuk menghindari pertengkaran aku akan memakai uangku. Pikirku. Aku tidak mau pernikahanku gagal hanya gara-gara uang.

Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan uang lima jutaku kepadanya. Disaat yang sama aku berharap toko plastikku yang baru buka seminggu itu ramai dan segera kembali uangku itu agar kupakai untuk keperluan pernikahan yang lain. Walaupun nyatanya tokoku itu sepi. Omset seminggu hanya tidak sampai seratus ribu.

Setelah aku memberikan uangnya, akhirnya kami membeli dua cincin seharga tiga jutaan dan dia memberikan sisanya kepadaku.

"Ini dek, sisanya kamu pegang untuk ganti uang seserahan dan beli mas kawin, lebihnya ini untuk menyumbang pesta pernikahan kita nanti. Aku tidak mau tau pokoknya harus cukup."

Dalam hati aku berpikir. Apakah begini ya cara laki-laki menjadi kaya? Memakai uang perempuan yang bahkan belum menjadi istrinya. Padahal gajinya sendiri mencapai dua digit. Tapi untuk keluar uang yang akan dipakai seserahan saja tidak mau dan memakai berbagai dalih agar dia tak keluar uang.

Mungkin si laki-laki berpikir bahwa itu akan digunakan perempuan, dia mana mau keluar uang untuk sesuatu yang nantinya dia tidak bisa pakai. Akhirnya aku lah sendiri yang membeli seserahan yang akan kupakai sendiri dan pakai uang sendiri. Tidak hanya dilamar, uang mas kawin pun memakai uangku sendiri. Ya, mas kawinku seperangkat alat sholat dan uang tunai seratus ribu rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar