Minggu, 09 Agustus 2020

Jasa Lukis Wajah Di Bekasi Terbaik


Jasa lukis wajah di Bekasi Jika Anda memang ingin memiliki sebuah lukisan yang bagus tahan lama dan awet.

Sebaiknya gunakan jasa melukis yang ada di Bekasi , pelukisnya sudah berpengalaman serta memiliki portofolio yang sudah sangat menarik.

selain itu ada beberapa pilihan lukisan yang bisa anda pilih diantaranya:

Lukisan wajah berwarna menggunakan cat minyak kanvas dengan kelebihan yang mampu bertahan lebih lama, bahkan seumur hidup bila tidak terkena air juga tidak terbakar oleh api.

Pilihan kedua bisa menggunakan lukisan yang menggunakan pensil berwarna hitam putih dengan media kertas.

Kalau yang ini lukisannya mudah luntur dalam beberapa tahun, namun harganya relatif murah dibandingkan dengan lukisan cat minyak kanvas yang yang mampu bertahan lebih lama.

Jika memang Anda berminat untuk menggunakan jasa lukis wajah di Bekasi silakan hubungi pelukisnya melalui WhatsApp di bawah ini.

Jumat, 07 Agustus 2020

Kulit Cempedak Alias Mandai

"Kulit Cempedak Alias Mandai"
-------------------------------------------------

Untuk sebagian orang, mungkin aneh ketika mendengar kulit Cempedak bisa dimakan, begitupun saya awalnya. Walaupun saya asli orang kalimantan, bagi saya kulit cempedak ya kulit, tidak bisa dimakan.

Tapi itu ketika saya belum mencoba loh ya, awal pertama kali istri keluarga yang kebetulan orang Banjar, menghidangkan Mandai sebagai bagian dari lauk untuk makan siang. Saya pikir aneh, kok kulit dimakan, Seperti ga ada ikan saja. Saya liat tapi kok enak, mereka makannya dicolet pakai sambal jeruk waktu itu. Jiwa kengileran saya meronta dong ya. Sebenarnya ini dipaksa, ingat dipaksa awalnya.

Mencoba lah satu gigitan...
Dan tau apa yang terjadi, dalam pertama gigitan saja sudah mulai jatuh cinta nih sama si kulit, ada sensasi juicy lembut- lembut gimana gitu, terus pas dengan racikan bumbunya, yang saya tau garam, ketumbar, bawang putih dan sedikit bumbu penyedap. Kebayang dong sedapnya, bikin pengen nambah terus.

Nah, kalau untuk Mandai itu sendiri, sebenarnya agak susah untuk ditemukan, apalagi kalau bukan musim cempedak, maka dari itu kebanyakan orang yang mengidolakan Mandai, mereka akan memfermentasikan kulit cempedak dengan air garam supaya tahan lama.

Jar urang jua.. Mandai tu nyaman kada usah lagi beiwak, Mandai itu alahan pada daging, kalau dimakan kada ketulangan, kada ngalih disiangi.
Jadi kalau musim cempedak wajib ada dalam menu harian saya, karena selain dicocol sambal, Mandai bisa juga dioseng pedas, nyaman banar pokoknya.

Coba ja mun kada percaya.....πŸ™

Berikut tips supaya mudah mengupas kulit cempedak yang mau dimandaiπŸ‘

-> Sebaiknya langsung dikupas kulitnya sebelum isinya di makan, kalau isinya duluan dimakan ngupasnya kulitnya agak susah... (Menurut ulun, mintu cil ay..)

Terjemahan
--------------------

1. Mandai : kulit cempedak
2. Nyaman : enak
3. Beiwak : pakai ikan
4. Jar : kata
5. Ngalih : susah
6.siangi : bersihkan
7. Kada : tidak
8. Alahan : kalah

Kisah Nyata: Mertua Dibenci Menantu

#Dibenci_menantu

"Nduk, anakmu nangis iki lho" (Nak, anakmu nangis ini lho) ucapku kepada Mita menantuku.

"Wis jarno buk, ojok di gendong" (Udah biarin aja buk, jangan di gendong) jawabnya yang sedang memasak.

"Opo'o sek nduk ibu gak oleh gendong anakmu, iku yo putuku?" (Kenapa sih nak ibu gak boleh gendong anakmu, itukan juga cucuku)" tanyaku kepada Mita yang langsung menggendong Aira cucuku dan membawanya keluar.

"Aku emoh Aira digendong ibu, mergo ambune ibu gak enak, wes aku tak nitipno Aira nang mbok tun" (Aku tidak mau Aira digendong ibu, soalnya aroma ibu tidak enak, udah aku mau titipkan Aira ke mbok Tun).

Mita adalah menantuku, setahun yang lalu dia menikah dengan Ilham putra tunggalku. Awal bertemu dengan Mita sikapnya manis sekali, dia sopan dan tutur katanya sangat lembut. Itulah yang membuatku senang dengannya dan akhirnya menyetujui Ilham dengan Mita, tapi ternyata setelah menikah sikap Mita tak semanis dulu.

Karena Ilham adalah anakku satu-satunya, Mita tinggal bersama kami. Sejak awal tinggal Mita sudah menunjukkan sikapnya yang tidak suka denganku dan suamiku. Semua perabotan dan tata letak rumahku dia ubah dengan sesuka hatinya, bahkan kamar Ilham dia bongkar dan diperbesar karena menurut Mita kamar itu terlalu kecil.

Dalam hal memasak pun begitu, Mita tak pernah cocok dengan masakanku, dia lebih memilih membeli makanan di luar daripada makan masakanku. Jika dia memasak aku pun tak pernah memakannya, karena langsung dia masukkkan kamar lalu menguncinya. Pernah suatu ketika setelah keluar bersama Ilham aku melihat Mita membawa bungkusan, tak pernah dia menawarkannya kepadaku atau suamiku, hanya aromanya saja yang dapat aku cium dari dalam kamarnya. Sebelum dan sesudah memiliki anak setiap harinya Mita selalu di dalam kamar dan aku mertuanya tak di izinkan masuk ke dalam kamarnya.

"Nduk, awakmu ndang adus ben Aira ibu seng jogo" (Nak, kamu segera mandi biar Aira ibu yang jaga).

"Tak titipno nang mbok Tun ae buk, aku emoh anakku mbok cekel" (Tak titipkan sama mbok Tun saja buk, aku tidak mau anakku ibu pegang).

Ingin rasanya aku menggendong Aira tapi apa boleh buat, dari bayi sampai cucuku berumur 5bulan tak boleh sekalipun aku menyentuhnya. Alasannya karena aku memiliki bau badan yang tak sedap, pernah aku berkeluh kesah kepada suamiku, namun hanya kata sabar yang mampu suamiku ucapkan.

Ilham anakku pun sepertinya menurut sekali kepada Mita istrinya, sebelum menikah Ilham selalu memberikan sedikit gajinya untukku. Namun setelah menikah dia sudah tidak pernah memberikan uang lagi. Bukannya aku mengharapkan uang dari Ilham, yang aku inginkan hanya perhatian Ilham kepadaku juga kepada ayahnya.

"Buk, njaluk duit telung puluh ewu gawe tumbas bensin" (Buk, minta uang tiga puluh ribu buat beli bensin) pinta Ilham kepadaku.

"Duitmu wes entek to le kok njaluk nang ibu?" (Uangmu sudah habis ta kok minta sama ibu) tanyaku sambil menyerahkan uang kepada Ilham.

"Bayaranku di gowo Mita kabeh buk, aku di wei jatah mek satus ewu seminggu" (Gajiku di bawa Mita semua buk, aku cuman di kasih jatah seratus ribu seminggu)"

Begitu nelangsa hati ini saat mengetahui bahwa anakku kekurangan uang, ingin rasanya aku bicara soal ini kepada Mita tapi aku takut kalau dia mengadu kepada Ilham dan membuatnya marah kepadaku. Aku hanya berharap jika nanti aku dan suamiku telah tua Ilham dapat merawat kami dengan kasih sayang yang tulus, meskipun istrinya Mita membenciku dan suamiku.

Sby 08_08_2020

Aku Dilamar Memakai Uangku

aku_dilamar_memakai_uangku

Setelah 6 bulan pacaran akhirnya aku dilamar oleh pacarku. Semua persiapan aku lah yang mengurus. Karena kesibukan pacarku yang bekerja di luar pulau maka aku harus menyiapkan segalanya sendiri. Mulai dari seserahan sampai jajanan atau kue-kue yang akan dibawa lamaran nantinya aku yang harus menyiapkan.

"Dek, kamu siapkan semuanya ya, pakai uangmu dulu, besok kalau aku pulang bakal aku ganti." kata calon suamiku yang masih ada di luar pulau.

"Iya mas, aku sudah nyicil beberapa. Besok kalau kamu pulang semua beres."

"Iya, seminggu lagi aku pulang, minggu depan aku bawa Ibuku buat ngelamar kamu yah."

Setelah selesai berbincang di telepon aku merasa lega, seminggu lagi aku akan segera dilamar. Di acara lamaran itu akan ada perbincangan soal kapan hari pernikahannya. Tapi sebelumnya aku dan calonku sudah menyepakati pernikahan kami yang akan dilangsungkan empat bulan setelah lamaran. Tepatnya bulan Desember.

Persiapan lamaran sudah sembilan puluh persen. Tinggal membeli kue-kue untuk seserahan sehari sebelum acara dilakukan.

Aku pun membeli seserahan yang murah saja. Contohnya sepatu harga dua puluh lima ribu. Tas lima puluh ribu. Make up isi lima biji seharga lima puluh lima ribu. Total semuanya dengan kue-kuenya tidak sampai lima ratus ribu. Aku berpikir yang penting sah nantinya. Seserahan yang mahal-mahal juga untuk apa.

Begitupun mas kawin aku meminta mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai seratus ribu rupiah agar tidak memberatkan calon suamiku. Dijaman tahun dua ribu tujuh belas tentu itu sangat ringan.

Calon Ibu mertuaku tidak mau tau, yang penting beres. Aku juga tidak mau membeli yang mahal-mahal karena keluarga calon suamiku itu terkenal dengan perhitungannya. Aku takut jika membeli sesukaku dan mahal akan menjadi masalah nantinya.

πŸ’¦πŸ’¦πŸ’¦
Seminggu berlalu, calon suamiku pulang dari pekerjaannya. Dia merasa tenang dan sedikit gembira karena semuanya sudah aku siapkan dan habisnya tidak begitu banyak.

"Dek, ayo beli cincin ya sekalian, oh ya, uang yang pernah aku berikan kepadamu untuk investasi kemarin tidak jadi aku berikan kepadamu, kita pakai untuk beli cincin dulu." katanya enteng.

"Loh mas, bukannya uangnya itu sudah habis untuk modal usaha toko plastik kita. Kamu hanya memberiku lima juta. Dan habisnya toko itu lima belas juta. Sisanya pakai uangku."

"Loh iya kah? Bukannya aku dua kali mentransfermu uang kemarin untuk investasi reksadana yang pertama dan yang kedua untuk toko plastik?"

"Belum mas, uang yang kedua belum kau transfer kepadaku. Kita bisa ke bank mengecek mutasi rekeningku kalau kamu mau." kataku cemberut.

"Kamu itu selalu saja mengacaukan segalanya. Aku sudah memberikanmu uang tapi kamu bilang tidak. Pokoknya aku mau ambil uang lima jutaku untuk investasi itu."

"Aku mau membeli cincin untuk pernikahan kita nanti. Yang murah saja palingan juga dua harga tiga jutaan."

"Sisanya kamu pakai untuk beli seperangkat alat sholat yang nanti jadi mas kawin dan ganti uang seserahan yang kemarin kamu beli pakai uangmu. Aku kan sudah janji menggantinya!" bentaknya kasar.

Aku pun pergi ke bank untuk mencetak rekening koran dan memberikan bukti kepadanya bahwa tidak ada transferan darinya hanya sekali saja lima juta untuk toko plastik kami.

Akhirnya kami bertengkar hebat saat kembali dari bank. Mobilku pun yang dikendarai olehnya sampai menyerempet angkot yang kebetulan sedang parkir dipinggir jalan. Untung tidak begitu parah dan sopir angkotnya memaafkan. Kami tidak harus mengganti rugi. Hampir saja batinku..

Dia memukul kemudi dan tidak berhenti membentakku. Aku dituduhnya menghilangkan uang yang telah diberikannya. Umpatan dan kata-kata kasar pun selalu keluar dari mulutnya.

Sampai dirumah aku menangis dan menceritakan semua ke Ibuku dan beliau bilang bahwa itulah cobaan sebelum menikah. Aku harus kuat. Itu masalah hanya kecil. "Kamu pasti bisa melewatinya nak." kata Ibuku lagi.

Baiklah untuk menghindari pertengkaran aku akan memakai uangku. Pikirku. Aku tidak mau pernikahanku gagal hanya gara-gara uang.

Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan uang lima jutaku kepadanya. Disaat yang sama aku berharap toko plastikku yang baru buka seminggu itu ramai dan segera kembali uangku itu agar kupakai untuk keperluan pernikahan yang lain. Walaupun nyatanya tokoku itu sepi. Omset seminggu hanya tidak sampai seratus ribu.

Setelah aku memberikan uangnya, akhirnya kami membeli dua cincin seharga tiga jutaan dan dia memberikan sisanya kepadaku.

"Ini dek, sisanya kamu pegang untuk ganti uang seserahan dan beli mas kawin, lebihnya ini untuk menyumbang pesta pernikahan kita nanti. Aku tidak mau tau pokoknya harus cukup."

Dalam hati aku berpikir. Apakah begini ya cara laki-laki menjadi kaya? Memakai uang perempuan yang bahkan belum menjadi istrinya. Padahal gajinya sendiri mencapai dua digit. Tapi untuk keluar uang yang akan dipakai seserahan saja tidak mau dan memakai berbagai dalih agar dia tak keluar uang.

Mungkin si laki-laki berpikir bahwa itu akan digunakan perempuan, dia mana mau keluar uang untuk sesuatu yang nantinya dia tidak bisa pakai. Akhirnya aku lah sendiri yang membeli seserahan yang akan kupakai sendiri dan pakai uang sendiri. Tidak hanya dilamar, uang mas kawin pun memakai uangku sendiri. Ya, mas kawinku seperangkat alat sholat dan uang tunai seratus ribu rupiah.

Kisah Bercinta Dengan Istri Gaib

#Istri_Gaib

Oleh : Evhae Naffae

Part 1

"Aduh, Dek, Abang udah gak kuat lagi," ujar Haikal dengan napas yang tersengal-sengal dan langsung menjatuhkan tubuh ke kasur.

Sang istri hanya tersenyum sambil menarik selimut dan menutupi tubuh mereka yang polong tanpa sehelai benang pun itu.

Begitulah aktifitas keduanya setiap malam, tiada yang terlewatkan tanpa bercinta. Dia, Maura, istri Haikal yang paling cantik juga perkasa.

Saat pagi tiba, Maura sudah tak ada lagi di samping Haikal. Ini sudah menjadi kebiasaanya, datang hanya di malam hari saja.

Haikal segera melangkah menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat kerja.

Beberapa menit kemudian, Haikal sudah berpakaian ala petugas Damkar, dengan setelan berwarna merah dari ujung kepala hingga ujung celana.

Haikal melangkahkan kaki menuju dapur, sarapan sudah terhidang cantik. Istrinya memang terbaik, rumah pun sudah bersih dan rapi.

"Ah, aku makin mencintaimu, Sayang," gumam pria berusia 32 tahun itu sambil duduk di depan meja makan.

Setelah menikmati sarapannya, Haikal langsung menuju teras dan meraih kunci motor.

"Udah mau berangkat kerja, Kal?" tanya Ibunya sambil menghampiri di teras.

"Iya, Bu," jawab Haikal sambil memasukkan ponsel ke saku celana.

"Udah sarapan kamu, Nak?" tanyanya lagi sambil duduk di kursi yang ada di sebelah Haikal.

"Udah, Bu, sarapan Soto Banjar," jawab Haikal sambil tersenyum mengingat wajah cantik sang istri yang sudah memasak untuknya.

"Beli di mana? Tadinya Ibu mau nawari kamu sarapan nasi goreng," ujar sang ibu dengan mengerutkan dahi.

"Istriku yang masak, Bu. Ya sudah, Haikal berangkat dulu." Pria berperawakan tinggi itu mencium punggung tangan sang ibu lalu menutup pintu rumah dan menguncinya.

"Hati-hati, Kal!"

"Iya, Bu, assalammualaikum." Haikal mendekati motor ninjanya lalu naik ke atasnya.

"Waalaikumsalam," jawab sang ibu sambil melangkah ke jalanan, untuk menyebrang ke rumahnya.

Rumah Haikal dan ibunya berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan raya saja.

Haikal mulai melajukan motornya dan menuju tempat kerja yang sudah dua tahun ini ia tekuni.

*******

Bu Ida, ibunya dari Haikal, menghela napas panjang mengingat ulah putra bungsunya itu yang selalu mengaku punya istri namun ia tak pernah melihatnya dan menolak setiap kali ingin dijodohkan.

"Haikal hanya halu, atau istrinya itu hantu?" gumam Bu Ida sambil berpikir keras. "Kasihan kamu, Nak, setelah ditinggal Ella nikah, kamu jadi seperti ini," sambung wanita bergamis kuning itu lalu masuk ke dalam rumahnya

Sedangkan Haikal, ia sangat menikmati rumah tangganya bersama Maura, seorang wanita berambut merah yang telah menyelamatkan nyawanya ketika bekerja sebagai ABK tiga tahun silam.

Saat itu, kapal angkutan penumpang tempat Haikal bekerja tenggelam di lautan. Banyak ABK yang meninggal dan para penumpang pun tak terhitung yang nyawanya melayang.

Berkat bantuan Maura, Haikal bisa selamat dari musibah itu. Tiga hari tiga malam terluntak-lantung di lautan, sang istrilah yang membantu untuk bertahan hidup.

******

Ada yang bisa menebak siapa istri Haikal? 😁😁😁😁

Selingan gabut πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Bersambung ....

Kisah Nyata: Perempuan Dan Kolor Robek

PEREMPUAN DAN KOLOR ROBEK
AKU NENEK DARI BAYI MUNGIL ITU.

#Kisahnyata
#PartPenjelasan.

Tentunya aku punya keluarga, tapi dikota itu aku memang sebatang kara. Keluarga ayahku memang ada didaerah itu, tak berapa jauh dari tempat kami tinggal, tapi ada ataupun tak ada mereka itu sama saja, karena sejak dulu ayahku memang sudah menelantarkan aku dan adik perempuanku.

Sedang ibuku yang sudah merawatku selama belasan tahun dalam sendiri, berada jauh dikota lain, dan hidup alakadar hanya dengan mencari nafkah sebagai penjual kue keliling.

Satu setengah tahun yang lalu, aku mengenal lelaki itu, cinta buta yang memang membutakan hingga membuatku terpuruk dalam keadaan yang tak mampu kusesalkan saat ini.

Bak kata pepatah "Nasi sudah menjadi bubur", tentu saja jika kutau sifat aslinya begini mana mungkin aku mau menikah dengannya. Dari masa kenalan yang dia perlihatkan hanyalah kelemah lembutan, karena itulah aku terbujuk rayuannya hingga mau meninggalkan pekerjaanku, dan memilih hidup bersamanya dengan harapan "semoga dengan kesabaran dan tanpaku menuntut apapun, semoga dia tulus menyayangi dan menanggung jawabiku dan anak keturunanku kelak."

Sebelum menikah saat itu aku sudah bekerja, dengan gaji yang cukup buat ukuran gadis belia sepertiku, yang akhirnya ku tinggalkan hanya untuk hidup bersamanya.

"Aku terlalu bodoh dan percaya bahwasanya dialah laki-laki yang akan melindungiku, menyayangiku dan menafkahiku."

Namun ternyata salah, semua berubah sejak mertuaku memasuki hubungan rumah tangga kami.

Kami menikah sirih awalnya tanpa diketahui siapapun termasuk orangtuaku, karena masih sama-sama dibawah umur. Aku dan dia sama-sama masih di angka 18 tahunan. Semua berjalan baik-baik saja saat itu, bahkan dia memang sangat menyayangiku.

Aku memang tak pernah menuntut apapun, bahkan kolor robek adalah sehelai kain yang menjadi saksi perjalanan rumah tanggaku yang seumur jagung. Demi memahami ekonomi suami, kolor robekpun tak ku permasalahkan, tak menuntut untuk harus baru, yang penting rumah tangga kami damai sejahtera, dengan harapan kelak buah kesabaran akan memetik hasil yang manis.

"Untukmu suamiku, masih kau hina kemiskinanku, padahal kolor robek menjadi saksi betapa miskin dirimu menanggung jawabiku." masih mampukah kau mengumpat aku yang berasal dari keluarga tak mampu???.

Bagiku yang hidup belasan tahun tanpa sosok seorang ayah, menemukan pasangan hidup yang penuh kasih sayang dan bertanggung jawab sudah cukup membuatku bahagia. Meski jauh dari kemewahan, aku hanya percaya rejeki bisa menyusul belakangan, asal suamiku mau giat berusaha.

Kamipun tinggal disebuah kos-kosan yang bertarif 500 ribu perbulan, hingga masa aku mulai hamil dan kehamilanku memasuki usia 3 bulan.

Orangtua suamiku ternyata mendengar kabar itu "Bahwasanya anak laki-lakinya sudah punya istri dan sedang hamil muda".

Akhirnya karena ketahuan, kamipun menikah secara Sah di KUA, dihadiri oleh ibuku juga. Sempat terjadi perselisihan saat itu dengan pihak keluarga ayahku, baca di kisah "Sumpahku Untukmu Mantan Suami. "

Ibuku lah yang mendamaikan segalanya dengan kelapangan hati dan kebijakan mengenai mahar dan lainnya, dengan harapan "Asal putrinya bahagia". Bagi ibuku, kebahagiaanku lebih utama, meski harus melapangkan hatinya.

Oh ya Aku anak dari orang tua yang berpisah, ibuku yang membesarkan aku dan adik perempuanku selama 15 tahun ini sendiri, tanpa bantuan sepeserpun dari ayahku.

Saat mendengar kabar kehamilanku dan kabar pernikahan kami yang akan di Sahkan, ayahku yang sudah menyia-nyiakanku selama 15 tahun ini malah maju paling depan.

Awalnya aku hanya mendatanginya untuk memohon restu untuk menjadi wali pernikahanku, namun yangnku dapat malah perdebatan, ayahku malah menekan harga dan berusaha menuntut mahar yang tinggi.

Hingga sempat memicu kericuhan tentang masalah Mahar dan uang Adat antara dua pihak keluarga, keluarga ayahku dan keluarga suamiku. Semua masalah baru bisa damai saat kemunculan ibuku yang datang dari kampung.

Akhirnya pernikahan kami di Sahkan diKUA diusia kehamilanku yang memasuki 5 bulan, pernikahanku pun di walikan pada hakim, karena ibuku melakukan perlawanan pada laki-laki dengan status ayah yang telah menelantarkanku selama ini. Demi mencari jalan aman dan damai.

Ibuku mengikhlaskan pernikahanku putri tertuanya berlangsung apa adanya, tanpa kemewahan ataupun kemeriahan, dan dengan mas kawin alakadarnya, karena melihat keadaanku yang sudah terlanjur menikah siri tanpa sepengetahuannya.

Hingga pernikahan SAH dilakukan, suamiku masih bersikap baik, bahkan sangat santun pada ibuku, namun semua berubah perlahan-lahan. Suamiku mulai termakan hasutan ibunya yaitu mertuaku, yang katanya tidak menyukai hubungan kami dengan alasan kami orang miskin.

Sebelum bayiku lahir sifatnya masih terkendali, hingga hari kontraksi melahirkanku tiba. Dia mulai memperlihatkan sifat tempramen dan mencaci maki seenaknya, otak dan fikirannya benar-benar dibawah kendali orangtuanya. Hasutan demi hasutan mertuaku benar-benar menghancurkan rumah tangga kami dalam sekejap waktu, dalam hitungan detik tepat diusua bayiku berumur Lima hari, bahkan belum lepas pusar. Dia tega menelantarkanku tanpa uang sepeserpun.

🚡🚡

Note : Kisah ini berkaitan dengan kisah "SUMPAHKU UNTUKMU MANTAN SUAMI" dialami oleh putriku sendiri.

POV AKU :

Sekarang putriku dan cucuku sudah kubawa pulang ke kampung untuk tinggal bersamaku, alhamdulillah kemaren tepat jam 7 pagi kami sudah sampai dipariaman dan meninggalkan daerah sarolangun, dengan sedikit biaya transportasi pertolongan dari beberapa orang sekitar , popok gurita bedung dan pakaian bayi alhamdulillah sudah tercukupi atas bantuan orang-orang yang ku kenal didaerah setempat, semua pertolongan ALLAH semata. Meski sempat berhari-hari kami terkatung-katung dikota itu tanpa uang sepeserpun.

Dua minggu lebih, aku berusaha menjual Gadget yang ku miliki disana, namun tak juga laku. Dalam keadaan terdesak segala hal memang jadi makin sulit jika harus diburu-buru.

Alhamdulillah ALLAH tak lengah sedikitpun dalam kesusahan kami. Part berikut akan lebih diperjelas. Diurai dari awal proses melahirkan. πŸ™πŸ™πŸ™ ternyata nasib baik belum berpihak padaku, sipenjual tahu mercon keliling.

Sekarang selain Dua putri alhamdulillah Allah menambah amanah satu cucu laki-laki lagi untuk aku tanggung jawabi. Membawa putriku pulang yang masih dalam keadaan lemah bahkan pucat pasi, dan seorang bayi mungil tak berdosa atas izin ALLAH semata.

Semoga Kumampu πŸ‘πŸ‘
#SEMOGA ALLAH MAMPUKAN KU BISMILLAH.
Kini aku gagal menjadi seorang ibu. Aku menerima kekalahanku, bahkan takdirku. Semoga Allah kuatkanku.